AdabFaidah Hadits
Lihatlah Orang yang Ada Di Bawahmu dalam Perkara Dunia
Oleh
Ustadz Muhammad Ali, SH
Da’i Wahdah Islamiyah Mamuju
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم: «انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ, وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ, فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu berkata, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda: ‘Lihatlah orang-orang yang berada di bawah kalian, dan janganlah melihat orang yang di atas kalian karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kalian’ (Muttafaqun ‘alaih).
Manfaat dari Hadits ini:
- Petunjuk yang sangat indah dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau memberi satu konsep yang tepat tentang cara pandang terhadap nikmat Allah.
- Hadits ini menunjukkan wajibnya mensyukuri nikmat Allah, dan anjuran untuk bersifat qana’ah (merasa cukup), dan seorang mukmin dalam persoalan dunia senantiasa melihat kepada oang yang di bawahnya, karena seorang hamba bagamana pun miskinnya, maka ia akan dapati bahwa masih ada orang yang lebih miskin darinya, bagaimana pun seseorang merasakan sakit, akan ia akan dapati bahwa di sana ada orang yang lebih parah sakitnya. Begitu pun jika seseorang memperhatikan keadaan orang-orang yang memiliki kekurangan dari segi fisik, seperti orang-orang yang cacat. Apabila ia bandingkan dengan dirinya yang terhindar dari kekurangan seperti itu, maka akan menjadikan ia mengingat Allah dan bersyukur atas nikmatNya dan dengan sikap itu ia akan mendapatkan ketenangan jiwa. Berbeda halnya dalam persoalan ketaatan, taqarrub kepada Allah, maka seharusnya yang diperhatikan adalah orang-orang yang di atas tingkat ketaatannya, sehingga ia menganggap dirinya termasuk orang yang masih sangat rendah dalam masalah akhirat.
- Dari hadits ini faidah penting tentang cara mendidik yang dipraktekkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu ketika beliau menyebut satu persoalan maka beliau ikut sertakan sebab, alasan yang mendasarinya. Minimal ada 2 manfaat terkait dengan hal ini:
-
- Menambah keyakinan dan ketenangan, karena penyebutan hukum dan diikuti alasan maka akan menambah ketenangan menerimanya. Meskipun secara umum sebagai seorang beriman kita yakin dan berserah diri terhadap segala sesuatu ketentuan Allah.
- Sebagai penjelasan bahwa syariat agama yang mulia ini memiliki kedudukan yang tinggi, yang tidak akan menurunkan hukum tanpa alasan yang jelas.
Sumber:
- Fathu dzil jalali wal ikram (Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utaimin Rahimahullah),
- Tuhfatul Kiram Syarhu Bulughil Maram (Dr. Muhammad Luqman Assalafiy Rahimahullah)