Apakah Virus Corona Merupakan Tha’un?
Pertanyaan: Apakah virus corona merupakan tha’un dan bagaimana dengan hadits di setiap pintu Madinah terdapat Malaikat yang tidak dimasuki tha’un dan dajjal sedangkan di Madinah juga ada korban corona?
Dijawab Oleh
Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., MA., Ph.D
Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah
Terdapat khilaf dikalangan ulama, dan kita tentu saja berharap Rahmat Allah luas. Sekalipun ada perbedaan mendasar antara tha’un dan jenis wabah yang lain, namun klo saja karena illahnya dengan melihat begitu beratnya penyakit tersebut, mematikan dan menyebar kepada banyak orang dan sulit didapatkan obatnya. Semoga mereka-mereka yang bersabar dengan penyakit seperti itu mendapatkan pahala syahadah fii sabilillah. Wallahu ta’ala a’lam
Ada khilaf diantara ulama dalam menempatkan persoalan corona dan tha’un. Hadits-hadits tentang masalah wabah sangat banyak dan lebih khusus membahas persoalan tha’un, suatu wabah yang begitu mematikan dan membahayakan yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam atau di zaman-zaman setelah beliau dan puncaknya di zaman Umar Bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Karena disitulah wafat beberapa sahabat mulia yang dikenal dengan istilah tha’un amwas.
Khilaf di tengah ulama kita, apakah setiap wabah itu dikatakan thaun atau tidak. Tha’un ini adalah suatu wabah yang mematikan namun disisi lain ada kabar gembira dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadistnya yang menjelaskan bahwa tha’un ini adalah syahadah bagi ummat ini.
Beliau pernah ditanya apakah syahid itu adalah mereka yang meninggal di medan peperangan, klo begitu hanya sedikit diantara ummat Nabi Muhammad yang mati syahid. Beliau menerangkan bahwa ada syahid yang lain selain meninggal fisabilillah di medan peperangan, diantaranya adalah orang yang ditimpa dengan tha’un, orang yang sakit perut, orang yang tenggelam, orang yang ditimpa bangunan yang runtuh dan terakhir syahid fii sabilillah dan masih banyak lagi. Imam suyuti Rahimahullah memiliki buku khusus yang mengumpulkan beberapa jenis-jenis yang dimaksud syahid fi sabilillah.
Sebagian ulama kita dalam menjelaskan tentang keutamaan meninggal dalam keadaan tha’un yang dikatakan mati fi sabilillah walaupun syahidnya sebagaimana penjelasan ulama adalah termasuk syahid akhirat, tidak termasuk syahid dunia dan akhirat. Adapun syahid dunia dan akhirat yaitu meninggal karena jihad fi sabilillah, yang tidak perlu dimandikan, langsung dikuburkan sebagaimana keadaannya sedangkan syahid akhirat pelaksanaanya sebagaimana biasanya, namun di akhirat kedudukannya sama dengan orang yang mati fi sabilillah dan tha’un salah satu diantaranya.
Bagaimana mendudukkan kasus corona dengan tha’un, klo dilihat dari segi jenisnya berbeda dengan corona sebagaimana yang dijelaskan ahli medis hari ini. Apakah disebutkannya tha’un di zaman itu sebagai syahid karena itulah wabah yang dikenal pada zaman tersebut dan seandainya hari ini wabah-wabah ini pernah terjadi di zaman itu, apakah itu yang disebut tha’un yang akan mendapatkan pahala syahid atau tidak.
Sebagian ulama kita berpendapat bahwa setiap wabah adalah tha’un, diantaranya disebutkan Al-Qayyumi dalam Misbahul Munir, beliau isyaratkan bahwa setiap wabah adalah tha’un, dan setiap wabah yang tersebar dan mematikan banyak orang maka bisa dihukumi sebagai tha’un dan mendapatkan pahala syahid. Hal ini juga diisyaratkan oleh Khalil bin Ahmad tentang pembahasan masalah ini.
Namun sebagian ulama kita membedakannya, diantara alasannya bahwa tha’un itu sebagaimana yang disebutkan Nabi Muhammad ketika menjelaskan tentang keutamaan Kota Madinah dan Makkah. Bahwa Madinah tidak akan mungkin dimasuki oleh dajjal. Dajjal dengan segala kepongahannya, kesombongannaya dia akan keliling dunia, menyebarkan kekufurannya dan begitu banyak orang yang akan menukar keimanannnya dengan kekufuran karena tertipu oleh si pendusta besar dajjal kecuali Mekkah dan Madinah karena dijaga oleh Malaikat kedua Kota Suci ini. Dan dalam riwayat diantara yang tidak bisa dimasuki Kota Madinah adalah tha’un. Adapun wabah corona telah menimpa Kota Madinah, informasi terakhir sudah ada 1 atau 2 orang positif terkena corona, wallahu ‘alam. Maka inilah diantara alasan bahwa beda antara tha’un dan corona.
Alasan lain karena diantara wabah yang banyak tersebar di zaman-zaman yang lalu adalah seperti wabah cholera yang dahulu sangat mematikan, cholera ini terkait dengan penyakit perut. Dalam hadist yang disebutkan tadi ada pembedaan antara orang yang terkena tha’un dan orang yang terkena sakit perut. Berarti ada pembedaan antara jenis tha’un dengan jenis wabah-wabah yang lain yang mungkin terkait dengan sakit perut.
Pembahasan disini apakah illah disebutkannya bahwa dia mati syahid karena wabah yang mematikan dan menimpa banyak orang, apakah itu yang disebut dengn tha’un atau tidak. Khilaf diantara ulama kita, sebagian mengatakan tidak sama, maka pahala syahid hanya bagi yang tha’un walaupun suatu wabah yang sangat mengkhawatirkan tetapi tidak bisa disebutkan mendapatkan pahala syahid dan sebagian ulama kita menganggap sama saja.
Tidak sedikit ulama kita yang menganggapnya sama antara tha’un dan corona, seperti Syaikh Syafri, Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili, Syaikh Khalid Mushlih. Bahkan sebagian ulama besar kita, Syaikh Abdullah al–Mutlaq, jauh sebelumnya ketika beliau ditanya tentang persoalan kanker sebagaimana penyakit yang sulit untuk disembuhkan, penyakit yang cukup mematikan dan penderitanya merasakan sangat berat. Beliau mengatakan bahwa semoga mereka yang meninggal karena kanker dari kalangan kaum muslimin termasuk syahid fii sabilillah.
Jadi ada khilaf dikalangan ulama, dan kita tentu saja berharap Rahmat Allah luas. Sekalipun ada perbedaan mendasar antara tha’un dan jenis wabah yang lain, namun klo saja karena illahnya dengan melihat begitu beratnya penyakit tersebut, mematikan dan menyebar kepada banyak orang dan sulit didapatkan obatnya. Semoga mereka-mereka yang bersabar dengan penyakit seperti itu mendapatkan pahala syahadah fii sabilillah. Wallahu ta’ala a’lam