Kader Wahdah Mamuju, Sepekan Bersama Korban Bencana Palu
Sepekan berinteraksi dengan pasien, ternyata begitu banyak pengalaman berharga yang beliau dapatkan. Menurutnya begitu banyak pasien yang didapatinya merasakan trauma untuk dirawat di RS. Kelihatannya gempa dan tsunami yang menggulung kota ini begitu mencekam dan menakutkan di mata pasien. Apalagi hampir setiap malam gempa susulan seringkali datang.
Berbicara tentang bencana palu seakan tidak habis bahan pembicaraan tentangnya. Kali ini datang dari seorang kader Wahdah Islamiyah Mamuju yang telah bergabung dengan Tim Relawan Wahdah Peduli di lokasi bencana palu.
Panggilan hati nurani, membuat kader ini meninggalkan keluarga dan pekerjaannya sementara waktu sebagai salah seorang tenaga perawat di salah satu Rumah Sakit swasta di Kabupaten Mamuju. Ribuan korban akibat bencana palu ini cukup menarik simpati para kader muda Wahdah Islamiyah Mamuju untuk menjadi relawan.
Qadarullah, dengan berbagai udzur, terdapat salah seorang kader yang diberikan kesempatan oleh Allah untuk berinteraksi langsung dengan pasien korban bencana palu dengan berbagai macam kondisinya.
Sepekan berinteraksi dengan pasien, ternyata begitu banyak pengalaman berharga yang beliau dapatkan. Menurutnya begitu banyak pasien yang didapatinya merasakan trauma untuk dirawat di RS. Kelihatannya gempa dan tsunami yang menggulung kota ini begitu mencekam dan menakutkan di mata pasien. Apalagi hampir setiap malam gempa susulan seringkali datang.
Seorang pasien perempuan dengan kondisi patah pada tangan yang semestinya harus dioperasi, namun tidak mau ke RS. Berdasarkan pengakuan si pasien, yang bersangkutan salah satu korban yang terseret tsunami sejauh ±100 meter.
Tidak sedikit pasien yang beliau tangani mengaku telah ditinggalkan oleh istri, suami, anak, cucu dan bahkan menantunya akibat bencana ini. Satu hal yang membuat kader ini tersentuh dengan melihat begitu banyak pasien yang mengalami luka-luka, terlambat bahkan menunggu beberapa hari baru memperoleh penanganan medis. Suatu kondisi yang berbeda dengan aktifitas pelayanan yang setiap hari beliau geluti.
Hal inilah yang menjadi pengalaman berharga bagi si kader, saat melayani pasien dengan segala keterbatasan dan kekurangan fasilitas ditambah dengan uniknya medan yang dihadapi. Beliau berpesan kepada kader yang ingin menjadi relawan agar tetap meluruskan niat, melakukan karena Lillahi Ta’ala, hanya untuk mengharapkan pahala-Nya. Selain itu, tak lupa beliau menganjurkan untuk tetap mempersiapkan kondisi tubuh yang baik sebelum ke lapangan.
Pembicaraan ini tiba-tiba terputus, kembali beliau mendapat panggilan untuk menangani pasien jiwa korban bencana yang akan dibawa ke RS Jiwa Madani. Semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa menjaga antum dan dicatatkan pahala yang berlipat ganda atas apa yang telah dilakukan. Baraakallahu Fiikum.
Mamuju, 6 Oktober 2018
Akhukum Fillah
Abu Mu’adz