Artikel

Seri Ceramah Tarawih 16: Keberanian dan Kekuatan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam

Oleh:

Habil

Alumni Tadribud Du’at Wahdah Islamiyah

Di medan perang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam termasuk sosok yang mengagumkan dalam keberanian dan keteguhan dengan memperlihatkan kondisi musuh yang berlarian saat berhadapan dengan beliau, tidak hanya sekali terjadi. Sementara beliau tetap teguh di tempatnya layaknya gunung yang menjulang tinggi, kokoh di tempatnya. Tidak bergeming, melangkah maju, tidak mundur, dan tidak goyah.

Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam adalah orang paling berani dan paling teguh hatinya. Tidak ada makhluk selain dia yang menandinginya dalam hal keteguhan nyali dan kekuatan hati. Beliau adalah pemberani satu-satunya, sifat-sifat keberanian yang terkumpul pada dirinya, tabiat-tabiat, keteguhan dan kekuatan yang menyatu pada diri beliau dengan sempurna.

Keberanian beliau tidak hanya di medan jihad atau perang semata, tetapi keberanian ini telah didahului dengan keberanian diplomasi yaitu diplomasi dihadapan pembesar-pembesar Quraisy sejak beliau berhijrah. Sebelum Allah menjaganya dengan derajat kenabian. Sebagaimanana hal ini terlihat dengan keberanian beliau dalam menjalankan kebenaran, tidak takut celaan, memperlihatkan kebencian yang sangat pada tuhan-tuhan kaumnya yang palsu.

Ketika Allah Subhanahu Wata’ala mengangkat beliau dengan derajat kenabian, beliau langsung menyuarakan kalimat tauhid denga hati yang teguh, keberanian yang tidak ada tandingannya dan menyatakan kebodohan tuhan-tuhan mereka dan para penyembahnya. Tidak peduli terhadap perlawanan dan rencana mereka terhadap dirinya.

Keberadaan beliau dalam medan perang sudah terpampang sejak kuku beliau mulai tumbuh, umurnya baru berkisar 15 tahun. Rasulullah ikut berperang dengan pamannya, ikut membalas panah yang diarahkan kepada pamannya. Beliau juga melemparkan panah kepada musuh-musuh pada saat itu.

Setelah beliau diangkat menjadi Nabi, Allah memberikan izin untuk beperang. Di medan perang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam termasuk sosok yang mengagumkan dalam keberanian dan keteguhan dengan memperlihatkan kondisi musuh yang berlarian saat berhadapan dengan beliau, tidak hanya sekali terjadi. Sementara beliau tetap teguh di tempatnya layaknya gunung yang menjulang tinggi, kokoh di tempatnya. Tidak bergeming, melangkah maju, tidak mundur, dan tidak goyah.

Keinginan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabatnya untuk mati syahid membuatnya tidak gentar dengan musuh di medan perang, dalam sebuah hadist dijelaskan bahwa,

Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sekiranya tidak memberatkan kaum muslimin, sungguh selamanya aku tidak ingin ketinggalan untuk mengikuti setiap kavaleri di jalam Allah. Namun saya tidak mampu untuk menanggung biaya mereka, sedangkan mereka juga tidak memiliki kelapangan, padahal mereka merasa kecewa jika tidak ikut berperang bersamaku. Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya saya ingin sekali berperang fi sabilillah, kemudian saya terbunuh, lalu saya berperang lagi lalu saya terbunuh, setelah itu saya berperang lagi dan terbunuh” (HR. Al-Bukhari no. 2797 dan Muslim no. 1876)

Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:

مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ

“Tidak seorangpun yang masuk surga namun dia suka untuk kembali ke dunia padahal dia hanya mempunyai sedikit harta di bumi, kecuali orang yang mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati syahid)” (HR. Al-Bukhari no. 2817 dan Muslim no. 1877)

Dalam perang badar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memimpin langsung pasukan, beliau mengarungi ombak kematian, wajah beliau terluka, gigi serinya patah, 70 orang sahabat terbunuh pada saat itu. Jika melihat perbandingan jumlah pasukan Rasulullah dengan pasukan musuh tidak berimbang akan tetapi nyali Rasulullah dan para sahabatnya tidak ciut sedikit pun berkat tarbiyah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya.

Ketika Islam berperang, urusan kemenangan adalah soal kedua di mata kaum muslimin. Mereka tidak takut dengan ancaman dan intimidasi, tidak goyah dengan peristiwa-peristiwa besar. Semunya diserahkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, bertawakkal kepada-nya, merasa cukup dengan pertolongan-Nya dan yakin kepada-Nya.

Kekuatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Bertarung

Kehebatan Ali tak terkalahkan, tidak ada pasukan Muslim yang mampu mengalahkannya dalam duel. Bahkan sampai 10 pasukan Muslim semuanya kalah saat menjalani latihan duel satu lawan satu dengan Ali.

Hal itu membuat Ali sedikit tinggi hati dan sampai berkata apakah ada yang lain yang bisa mengalahkanku?. Perkataanya tentu terdengar oleh Rasulullah. Kemudian Nabi Muhammad berkata: “Ali nanti sore pergilah ke belakang bukit itu, nanti di sana ada orang yang akan menantang kamu berduel.” Ali pun menjawab siap dengan perasaan percaya diri bisa mengalahkan orang tersebut. Ketika sore hari tiba, Ali langsung pergi ke belakang bukit itu. Di sana ia bertemu dengan seorang pria yang wajahnya ditutupi oleh sorban.

Dikisahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berduel dengan Ali bin Abi Thalib. Pria tersebut mengatakan kepada Ali apakah ia sudah siap berduel? Ali pun menjawab iya. Kemudian mereka pun berduel. Di putaran pertama, hebatnya pria misterius tersebut bisa menjatuhkan Ali dalam satu kali pukulan. Ali pun sampai terkejut dengan kemampuan pria tersebut. Kemudian ia menantang kembali pria itu untuk berduel. Hingga sampai 10 kali berduel, Ali bisa dikalahkan dengan mudah oleh pria itu tanpa diberi kesempatan menang sekalipun.

Ali pun menyerah dan mengaku kalah. Kemudian ia bertanya kepada pria itu, siapakah engkau sebenarnya? Lalu pria itu membuka sorban yang menutupi wajahnya. Alangkah terkejutnya Ali melihat wajah pria itu. Dia adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari kisah ini  kita bisa tahu seberapa hebat Nabi Muhammad saat bertarung. Ali yang tak terkalahkan, bisa dikalahkan dengan mudah oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ternyata, Nabi Muhammad tak hanya dikenal sebagai sosok yang mulia dalam akhlaknya, beliau adalah panglima perang terkuat, pandai dalam berdagang, cerdas dalam mengambil keputusan, dan bahkan terkenal dengan pola hidupnya yang sehat.

Ibnu Ishaq mengatakan, “Abu Ishaq bin Yasar berkata kepadaku: Rukanah bin Abdu Yazid bin Hisyam bin Abdul Muthallib bin Abdu Manaf adalah orang Quraisy yang paling kuat. Suatu hari ia bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di suatu kampung Mekah (sebelum hijrah).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: Wahai Rukanah, tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dan menerima dakwahku?. Rukanah menjawab: Seandainya aku mengetahui apa yang engkau serukan itu adalah kebenaran, pasti aku akan mengikutimu. Rasulullah menimpali: Bagaimana kiranya kukalahkan engkau dalam gulat. Apakah engkau akan meyakini kebenaran perkataanku?. Rukanah menjawab: Iya. Rasulullah berseru: Ayo berdiri. Akan kukalahkan engkau.”

Abu Ishaq melanjutkan kisahnya, “Rukanah pun menyambut tantangan itu. Keduanya pun duel gulat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyergapnya dan berhasil menjatuhkannya. Rukanah pun tak berdaya. Penasaran dengan kekalahannya, Rukanah berkata: ‘Kita ulangi wahai Muhammad’. Keduanya pun kembali bergulat. Rukanah kembali berkata: ‘Wahai Muhammad, luar biasa, kau berhasil mengalahkanku!’

 

Mamuju, 16 Ramadhan 1440 H

Ditulis oleh : Abu Muadz Ashriady

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button