WAKTU PRIORITAS (Bagian 2)
Suatu hal yang disadari bahwa setiap manusia itu memiliki keterbatasan termasuk dalam hal pengelolaan waktu. Manusia bukanlah mesin atau robot yang mampu diarahkan semau gue, manusia memiliki hati dan pikiran yang mampu membedakan yang benar dan salah, bemanfaat atau tidak, berjangka panjang atau tidak.
Begitu banyak diantara kita yang terjebak dalam aktifitas-aktifitas yang tidak bermanfaat, sehingga kelihatannya waktu ini habis dengan kesia-siaan akibat perampok waktu yang tidak dapat kita kendalikan dengan baik. Maka dari itu, manusia butuh prioritas dalam waktu termasuk menentukan pilihan yang tepat ketika lebih satu aktifitas menghampirinya, terlebih lagi ketika harus diselesaikan di waktu yang bersamaan.
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, prioritas adalah sesuatu yang didahulukan dan diutamakan daripada hal yang lain. Menurut Merriam Webster, prioritas adalah sesuatu yang dirasa lebih penting daripada yang lain yag harus dikerjakan atau diselesaikan terlebih dahulu1. Disinilah manusia dituntut untuk menggunakan akal yang jernih dan sehat, serta tidak terkontaminasi dengan keinginan-keinginan yang sifatnya temporer karena terkadang syaiton mengelabui manusia dan memperindahnya melalui hawa nafsu.
Aktifitas manusia yang beragam juga melahirkan prioritas waktu yang bergama. Cara pandang seseorang tentang sesuatu selain dipengaruhi oleh pengetahuan, juga bisa dipengaruhi oleh aktifitas kesehariannya, itulah yang disebut lingkungan. Cara pandang usia sekolah dengan usia bekerja, cara pandang seorang da’i dengan seorang awam terhadap prioritas waktu jelas berbeda. Menurut penulis, idealnya cara pandang seseorang terhadap waktu semestinya mengikuti aktifitas kesehariannya sehingga lahirlah orang-orang yang fokus, ahli dan ekspert terhadap bidang yang digelutinya.
Seorang pemanah tentu akan menggunakan waktunya untuk banyak berlatih dan mempertimbangkan dengan baik berapa anak panah yang dilepaskan tepat sasaran dalam setiap waktu yang dihabiskan sebagaimana Sa’ad bin Abi Waqqash sejak kecil banyak menghabiskan waktu untuk membuat panah dan berlatih keras seperti akan menghadapi pertempuran besar. Demikian halnya goresan pena seorang penulis, tentu banyak waktu yang dihabiskan untuk melahirkan karya-karya besar dan monumental, bahkan goresan pena senantiasa mengikuti alur hidupnya, seperti itulah kehidupan penulis
Yahya bin Syarf An Nawawi, atau lebih dikenal dengan Imam Nawawi adalah ulama Syafi’iyah yang sudah sangat ma’ruf di tengah-tengah kita. Keseharian aktifitasnya menunjukkan bahwa beliau adalah orang yang menjaga waktu dengan baik, mengisinya dengan hal-hal yang manfaat. Sampai di jalan pun, beliau masih sempat baca dan muthola’ah (mengkaji) kitab, bahkan waktu makan pun dikurangi karena ingin belajar. Sebagaimana diceritakan oleh murid Imam Nawawi; Ibnu ‘Athoor, ia menceritakan perkataan gurunya sendiri bahwasanya beliau adalah orang yang tidak pernah menyia-nyiakan waktu, baik saat malam atau siang hari.
Waktu Imam Nawawi disibukkan dengan ilmu. Sampai di jalan pun beliau terus mengulang-ngulang pelajaran atau menelaah beberapa bahasan. Beliau terus punya kebiasaan seperti itu selama 6 tahun. Kemudian setelah itu, beliau lebih banyak menghabiskan waktu untuk menulis, mengambil faedah, memberi nasehat dan menyebarkan kebenaran, masya Allah waktu yang berkah.
Dari beberapa ilustrasi tentang masalah prioritas waktu diatas, Shubuh ini pikiran penulis terfokus pada satu tulisan salah seorang Asatidzah yang dibagikan ummahat melalui akun facebooknya. “Diantara kesalahan fatal seorang suami adalah; ketika ia meghabiskan waktu di luar rumah, kemudian ketika berada di rumah yang semestinya ia berikan buat keluarga justru ia pun habiskan untuk berselancar di dunai maya, ingat!, keluarga lebih berharga dan utama dari segala-galanya”.
Tulisan ini cukup menamparku, mungkin para pembaca sekalian juga ikut merasakannya. Inilah teguran, peringatan atau bahan untuk intropeksi diri tentang bagaimana cara pandang kita dalam memprioritaskan waktu. Kadang kita lupa atau tidak mempertimbangkan kondisi orang-orang di sekitar kita dalam menentukan waktu prioritas termasuk keluarga padahal mereka adalah orang-orang yang terikat dengan kita. Sepertinya kita telah banyak menggunakan hawa nafsu, ambisi yang berlebihan untuk mewujudkan suatu keinginan padahal sesungguhnya kita telah melalaikan waktu prioritas yang menjadi tanggung jawab utama yang pasti akan ditagih oleh Allah Subhanahu wa ta’ala di akhirat kelak.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan kita:
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت) متفق عليه
“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin” (Muttafaqun alaihi).
Dalam hadits diatas, jelaslah Allah telah menjadikan setiap orang menjadi pemimpin baik skala bangsa, umat, istri dan anak-anaknya. Setiap orang akan dimintai pertanggung jawabannya dihadapan Allah. Ingatlah tanggung jawab anak dan istri adalah tanggung jawab besar disisi Allah, hal ini dengan menjaga mereka dari api neraka dan berusaha menggapai kesuksesan didunia dengan mendapatkan sakinah, mawaddah dan rahmat dan di akherat dengan masuk kedalam syurga. Inilah sesungguhnya target besar yang harus diusahakan untuk diwujudkan.
Perlu disadari bahwa dibalik seorang pemanah yang handal, penulis dengan karya yang monumental, da’i dengan keilmuan yang mumpuni atau pengajar yang banyak memberi inspirasi bisa saja disekeliling mereka ada keluarga, istri dan anak yang terikat dengan mereka. Mungkin kita lupa, bisa saja dibalik kesuksesan-kesuksesan itu ada dukungan-dukungan keluarga bahkan rintihan doa di sepertiga malamnya dari orang-orang yang selama ini telah diabaikan waktu dan dirampas hak-haknya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga memiliki banyak aktifitas bahkan melebihi aktifitas kita. Beliau adalah seorang kepala negara, seorang hakim, beliau adalah tempat para sahabat menyampaikan permasalahan mereka, tempat menyampaikan keluh kesah mereka. Kehidupan beliau penuh dengan ibadah, waktu beliau dihabiskan untuk memikirkan umat ini, menebarkan dakwah Islam ke penjuru alam, berjihad menegakkan kalimat Allah, memikirkan seluk beluk urusan negara, namun kendati demikian beliau sama sekali tidak melalaikan hak-hak istri-istri beliau, beliau tetap meluangkan waktu untuk menyenangkan hati istri-istri beliau3.
Semoga tulisan ini dapat memberikan pelajaran bagi kita semua. Insya Allah di sesi terakhir (bagian 3) tulisan ini akan kami paparkan beberapa gambaran sederhana tentang kondisi yang penulis rasakan, berkaitan dengan pentingnya penerapan prioritas waktu dalam kehidupan sehari-sehari. Semoga kita bisa mencari sulosi yang tepat atas setiap permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan ini dan menentukan waktu-waktu prioritas kita sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam.
Bersambung ….
Ditulis di Karema, 29 April 2017 Pukul 07:35 Wita
Penulis: Ashriady Abu Muadz
Referensi: