Berita

Pengaturan dalam Dakwah memberikan Keindahan dan Efektifitas

Tidak boleh ada kader yang telah merasa selesai dengan apa yang telah diraihnya. Tetapi senantiasa berusaha memperbaiki diri termasuk metode dalam berdakwah karena dakwah ini sangat dinamis. Seorang da’i perlu menaikkan levelnya dalam menghadapi dakwah yang dinamis tersebut.

Mamuju – Jalan dakwah adalah jalan kemuliaan, jalan dakwah adalah jalan kehormatan, maka dari itu jangan pernah ragu-ragu memilih jalan dakwah ini sebagai jalan hidup. Demikianlah pengantar yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Rahmat Abdul Rahman, Lc., MA (05/01/2020) dihadapan kader Wahdah Islamiyah se-Sulawesi Barat. Agenda ini merupakan rangkaian kegiatan sehubungan dengan kehadiran beliau di Mamuju dalam rangka mengikuti Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) Wahdah Islamiyah Sulawesi Barat yang ke-V.

Ustadz Rahmat memberikan apresiasi kepada segenap pengurus DPW Wahdah Islamiyah Sulawesi Barat sebagai provinsi yang ke-33 di Indonesia dengan perkembangan dakwah yang cukup signifikan. Dengan kondisi seperti ini, ketua harian Wahdah Islamiyah pusat ini tetap berharap agar jangan cepat merasa cukup dengan capaian yang ada. Menurutnya jumlah da’i yang tersedia saat ini masih jauh dari rasio yang proporsional jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Sulawesi Barat secara keseluruhan.

Maka dari itu, beliau mengajak kepada kader agar menjadi seoarang da’i dengan berbagai metode dakwah. Seorang da’i tidak harus jago di podium dengan retorikanya tetapi da’i yang dimaksud adalah orang yang memilih dakwah sebagai jalan hidup yang membawa beban dakwah. Kita bisa menjadi da’i sesuai dengan profesi masing-masing.

Dakwah dengan keteladanan, kepribadian utuh sebagai seorang muslim itulah dakwah terbaik kepada orang lain. Sebagaimana Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu ‘anhu, karena beliau tidak bisa seperti Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam maka beliau memiliki metode yang lain, duduk di teras rumahnya dan beliau menangis setiap membaca Al-Qur’an sehingga kemudian banyak orang yang tertarik masuk Islam karenanya. Begitu halnya dengan Utsman bin ‘Affan dengan metode perdagangan yang baik, sifat malu yang tinggi sehingga malaikat pun malu kepada-Nya.

Ketua MIUMI Sulawesi Selatan ini juga menjelaskan pentingnya thanzim (pengaturan) dalam dakwah sehingga mampu memberikan keindahan (sifatul jamal) dan nilai efektifitas. Mengatur dakwah dapat membuat materi, metode, cakupan dakwah menjadi lebih luas. Apalagi jika dakwah dikelola secara lebih profesional, tentu nilai estetika juga akan lebih terasa.

Melihat fase panjang dari dakwah di lembaga ini, tentu menurutnya kita bisa mengukur. Wahdah Islamiyah yang saat ini memasuki usia 18 tahun, semakin kita rasakan, bagaimana jika dakwah itu dikelola secara teratur. Maka dari itu beliau menghimbau kepada kader, setelah memilih dakwah ini sebagai jalan hidup maka kelolalah secara profesional. Jangan cepat merasa puas dengan apa yang telah kita peroleh.

Tidak boleh ada kader yang telah merasa selesai dengan apa yang telah diraihnya. Tetapi senantiasa berusaha memperbaiki diri termasuk metode dalam berdakwah karena dakwah ini sangat dinamis. Seorang da’i perlu menaikkan levelnya dalam menghadapi dakwah yang dinamis tersebut. Diakhir penyampaiannya beliau menyampaikan bahwa ada 3 hal yang diperlukan seoarang da’i dalam mengelola organisasinya yaitu komitmen, loyalitas dan profesionalisme, tuturnya. (Abu Muadz)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button