Artikel

7 Bukti Islam Tidak Radikal (Bag. 1)

Oleh:

Amiruddin, S.Pd.I., M.Pd.I

Bagaimana seharusnya ummat Islam berdakwah, bertutur kata, berinteraksi, bermasyarakat, bahkan bernegara?. Tentu hanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam seharusnya kita mencontoh. Bahkan dalam segala aspek kehidupan sekalipun, maka kita akan menemukan banyak contoh dari perilaku beliau yang mencerminkan kelembutan dan tidak ekstrim.  Sangat jauh dari sikap radikalisme sebagaimana yang disematkan pada ummat Islam hari ini.

Hingga kini ungkapan intoleran, radikal, teroris, dan sejumlah label negatif lainnya kerap disematkan pada Islam. Beberapa pekan terakhir ini, tudingan radikalisme lagi-lagi dialamatkan pada Islam, hingga mengundang polemik. Salah satu stasiun televisi nasional, menggelar dialog melalui rubrik Coffee Break. Tema saat itu cukup menohok dan mengundang reaksi. Hal itu terjadi karena pembahasan fokus pada hasil studi lembaga yang merilis 41 Masjid telah terpapar radikalisme. Prof. Dr. Irfan Idris hadir mewakili BNPT, salah seorang wasekjen MUI, Fadli Zon dan pembicara lainnya nampak terlibat diskusi hangat saat itu.

Selang beberapa hari kemudian stasiun televisi tersebut kembali  menggelar diskusi yang lebih besar (ILC- TV One) dengan menghadirkan beberapa narasumber termasuk peneliti sebagai pelaku studi yang kemudian mengeluarkan daftar masjid yang dimaksud. Selanjutnya data tersebut dijadikan dasar oleh BIN dalam melakukan pemantauan, evaluasi ke beberapa masjid tersebut.

Tema radikalisme sepertinya tidak pernah habis dibicarakan. Terlebih yang menjadi objek pembicaraan adalah Ummat Islam, yang notabene sebagai penduduk terbesar di Negeri ini. Mereka yang berpenampilan sunnah, berbusana muslimah, aktif menggelar kajian-kajian keislaman selalu diidentikkan dengan sikap ekstrim dan radikal. Hmmm,…. ntah sampai kapan tudingan seperti ini berakhir.

Apakah Islam mengajarkan Radikalisme?. Pada sejumlah label negatif yang disematkan itu, apakah Islam tidak memiliki perhatian dan membiarkan pemeluknya berlumuran dengannya?. Untuk menjawabnya, tentu butuh waktu lama. Pada Tulisan kali ini, penulis akan mencoba lebih fokus pada label radikalisme yang viral akhir-akhir ini.

Apa itu Radikalisme ?

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata Radikalime memiliki tiga makna :

  1. Paham atau aliran yang radikal dalam politik.
  2. Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.
  3. Sikap ekstrim dalam aliran politik.

Dari defenisi dan makna di atas, benarkah Islam mengajarkan tindakan kekerasan?. Dalam sejarah dakwah Rasulullah, adakah pemaksaan?, ekstrim dalam melakukan pembaharuan?.

Islam Mengajarkan Kelembutan Bukan sebaliknya.

Mengkaji ajaran Islam, akan mengantarkan pada kesimpulan banyaknya dalil-dalil yang menjelaskan kelemah-lembutan. Berikut ini firman Allah dalam Al Quran Surah Ali Imran ayat 159 :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Terjemahnya :

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Bagaimana seharusnya ummat Islam berdakwah, bertutur kata, berinteraksi, bermasyarakat, bahkan bernegara?. Tentu hanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam seharusnya kita mencontoh. Bahkan dalam segala aspek kehidupan sekalipun, maka kita akan menemukan banyak contoh dari perilaku beliau yang mencerminkan kelembutan dan tidak ekstrim.  Sangat jauh dari sikap radikalisme sebagaimana yang disematkan pada ummat Islam hari ini.

Berikut ini sejumlah bukti-bukti kelembutan Rasulullah dalam dakwahnya. Penulis akan sebutkan secara ringkas dengan mengutip buku: “9 Pilar Keberhasilan Da’i di Medan Dakwah” karya  Syaikh Said Bin Ali Bin Wahf Al Qahthani (2001).

  1. Kelembutan Rasulullah terhadap seseorang yang meminta izin untuk berzina.

Diriwayatkan dari Abu Umamah radiyallahu ‘anhu, ia menceritakan adanya seorang pemuda yang datang menemui Nabi dan meminta izin untuk berzina. Orang-orang yang ada disekitar Nabi saat itu menghardiknya dengan mengatakan: “Enyahlah kamu dari sini” !. Tapi justru dibiarkan oleh Rasulullah, seraya meminta pemuda itu lebih mendekat. Hingga Rasulullah mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya: apakah ia senang jika orang lain melakukannya pada ibunya?, apakah ia senang jika orang lain melakukannya pada anak perempuannya?, apakah ia senang jika orang lain melakukan pada adik perempuannya?, apakah ia senang jika orang lain melakukan pada Bibinya?.

Dari semua pertanyaan yang diajukan oleh Rasulullah, semuanya ditolak. Pemuda itu sendiri keberatan jika sekiranya perbuatan bejat itu dilakukan pada kerabatnya sendiri. Setelah diberikan pemahaman, maka seperti itu pulalah perasaan orang lain ketika mendapatkan perlakuan bejat, zina dan semacamnya. Sebagai bukti kelembutan Rasulullah kepada pemuda itu, beliau meletakkan tangannya di atas kepala pemuda itu seraya mendoakan. Subhanallah, betapa lembut dan bijaksananya Rasulullah kepada orang yang bersalah sekalipun.

  1. Kelembutan Rasulullah terhadap Orang Yahudi.

Diriwatkan dari Aisyah Radiyallahu ‘anha bahwa ada sekelompok orang Yahudi datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya memberi salam: “Assamu alaikum” (semoga kecelakaan atasmu). Mendengar hal itu Aisyah membalasnya dengan doa yang serupa, untuk memberi pelajaran kepada mereka. Namun Rasulullah mengatakan kepada istrinya utuk menahan diri, seraya mengatakan: “Sesungguhnya Allah mencintai kelemahlembutan.“Maka Aisyah mengatakan  “Wahai Rasulullah apakah anda tidak mendengar ucapan mereka?”, beliau bersabda: “Sesungguhnya aku telah katakan  dan atasmu juga “.

Rasulullah juga pernah bersabda : “Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu maha lembut, mencintai kelembutan dan dia memberi karena kelemah lembutan itu sesuatu yang tidak diberikan karena kekerasan, dan memberikan sesuatu yang tidak diberikan karena selainya” (HR. Muslim).

Demikian halnya dalam hadis yang lain, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda :

ان الرفق لا يكون في شيء الا زانة  ولا ينزع من شيء الا شانة  ( رواه مسلم )

Artinya :

“Sesungguhnya lemah-lembut tidak akan menempel pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidak terlepas dari sesuatu kecuali akan menjadi cela baginya” (HR. Muslim).

Demikianlah diantara bukti-bukti kelemahlembutan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang merupakan teladan bagi ummatnya dalam menjalankan dakwah dan meneruskan misinya. Maka mungkinkah bertolak belakang dengan contoh dari Nabinya?.

Wallahu A’lam Bis Sowab.

Insyaallah bersambung …

Menanti adzan Magrib di Mamuju, 13 Desember 2018.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button