Seri Ceramah Tarawih 17: Canda dan Tawa Nabi Shallallahu ’alaihi Wasallam
Oleh:
Ziljian Adet Jibrann
Mahasiswa STIBA Makassar
Rasulullah selalu menampakkan senyumnya dihadapan sahabat-sahabat beliau. Ketika beliau tertawa, maka beliau tidak pernah tertawa terbahak-bahak, tertawa secukupnya. Ketika beliau tertawa tidak pernah kelihatan bagian dalam lidahnya.
Canda dan tawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mencerminkan sosok teladan sepanjang masa, uswatun hasanah bagi kita semua. Nabi adalah seseorang yang sangat murah senyum, sebagaimana Jabir bi Abdullah berkata, Rasulullah tidak pernah melihatku kecuali dia senyum kepadaku.
Rasulullah selalu menampakkan senyumnya dihadapan sahabat-sahabat beliau. Ketika beliau tertawa, maka beliau tidak pernah tertawa terbahak-bahak, tertawa secukupnya. Ketika beliau tertawa tidak pernah kelihatan bagian dalam lidahnya.
Canda dan tawa menjadi penting untuk meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam karena begitu banyak diantara manusia ketika bercanda berlebihan atau mengolok-olok Allah Subhanahu Wata’ala. Padahal mengolok-olok Allah Subhanahu Wata’ala, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya adalah sebuah ancaman yang besar. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman… (QS. At-Taubah: 65-66).
Bercanda dengan membawa nama-nama Allah, membawa ayat-ayatNya, membawa nama Rasulullah maka ancamannya adalah sifat kekafiran. Maka dari itu, kita harus memperhatikan perkara ini ketika bercanda.
Kisah tentang candaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah diantaranya, dari Al Hasan, ada seorang sepuh datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Seorang nenek tua pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nenek itu pun berkata, “Wahai Rasulullah, berdo’alah pada Allah agar Dia memasukkanku dalam surga.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Wahai Ummu Fulan, Surga tak mungkin dimasuki oleh nenek tua”. Nenek tua itu pun pergi sambil menangis.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Kabarilah dia bahwa surga tidaklah mungkin dimasuki dia sedangkan ia dalam keadaan tua. Karena Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنشَأْنَاهُنَّ إِنشَاءً (35) فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37) لِّأَصْحَابِ الْيَمِينِ
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya” (QS. Al Waqi’ah: 35-37). (HR. Tirmidzi dalam Asy Syamail Muhammadiyah no. 205, hadits hasan menurut Syaikh Al Albani. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 2987).
Artinya, memang yang masuk surga tidak ada yang tua. Karena semua ketika itu kembali muda.
Bentuk canda yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka puasa bersama sahabatnya. Ketika itu dihidangkan kurma diatas piring dan masing-masing ada bagiannya. Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu setelah selesai memakan kurmanya, beliau meletakkan batu kurmanya di piring Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu kemudian Ali berkata kepada Rasulullah, Ya Rasulullah sebegitu laparnyakah engkau sehingga di piringmu begitu banyak biji batu kurma. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian tersenyum, kemudian menunjuk piring milik Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu yang begitu bersih, kemudian Rasulullah mengatakan, siapa sebenarnya yang lebih lapar.
Inilah bentuk canda dan tawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau tidak pernah membawa nama Allah Subhanahu Wata’ala dan ayat-ayatNya ketika bercanda. Rasulullah selalu bersikap jujur dengan candaan beliau, beliau mengatakan sesungguhnya aku tidak pernah mengatakan kecuali yang benar.
Canda dan tawa Rasulullah adalah sebuah kemuliaan, maka dari itu janganlah kita bercanda dengan membawa Agama ini dalam candaan kita, janganlah kita bercanda sehingga menyakiti hati saudara-saudara kita sesama muslim.
Mamuju, 17 Ramadhan 1440 H
Ditulis oleh : Abu Muadz Ashriady