Artikel

Seri Ceramah Tarawih 9: Kasih Sayang Nabi Shallallahu ’alaihi Wasallam

Oleh:

Ziljian Adet Jibrann

Mahasiswa STIBA Makassar

Ketika Aisyah Radhiallahu’anha ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di rumah. Maka Aisyah menjawab, “Rasulullah menjahit bajunya sendiri, memperbaiki sandalnya sendiri, membantu pekerjaan istri-istrinya dan melakukan seperti apa yang dilakukan oleh para suami-suami yang lain”

Salah satu firman Allah Subhanahu Wata’ala yang masyhur di tengah kita semua:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Tidaklah Kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam (Q.S Al-Anbiyâ’ :107)

Apabila Allah Subhanahu Wata’ala mengatakn demikian, bagaimana mungkin Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam yang diutus di tengah-tengah ummat tidak memiliki rasa rahmat. Tentulah sifat rahmat itu melekat pada nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam.

Sikap rahmat, sikap kasih sayang ini menyangkut persoalan yang luas. Sikap kasih sayang Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam kepada seluruh ummatnya, kepada seluruh keluarganya bahkan bukan hanya di dunia ini tetapi juga di akherat kelak. Bahkan tidak hanya untuk ummatnya tetapi juga kepada orang-orang kafir yang jelas menolak risalah Allah Subhanahu Wata’ala, Rasulullah juga menunjukkan sikat kasih sayang tersebut kepada mereka.

Wujud kasih sayang Rasulullah kepada ummatnya

Salah satu contoh kasih sayang Nabi Shallallahu ’alaihi Wasallam kepada ummatnya adalah Nabi tidak memberatkan kepada ummatnya dalam melakukan amalan-amalan. Bahkan beliau pernah mengatakan:

لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلىَ أُمَّتِي لأَمَرْتُهُمْ باِلسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوْءٍ

“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka bersiwak setiap hendak menunaikan shalat” (HR. Bukhari).

Masih banyak hal lain yang serupa dengan hadist ini.

Pada suatu malam Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam mendatangi Masjid dan kemudian melakukan sholat tarwih, kemudian kaum muslimin sholat di belakang, menjadi makmum di belakang beliau. Pada hari kedua jamaah bertambah banyak, pada hari ketiga atau keempat maka kaum muslimin sudah berkumpul di Masjid menunggu kedatangan Rasulullah tapi beliau tidak muncul pada malam itu. Pada pagi harinya Rasulullah baru menjelaskan maksud perbuatan beliau tersebut, Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam bersabda:

 قد رأيت الذي صنعتم، فلم يمنعني من الخروج إليكم إلا أني خشيت أن تفرض عليكم

“Sungguh aku telah mengetahui apa yang kalian lakukan (yaitu berkumpul menanti shalat berjamaah) dan tidaklah ada yang menghalangiku untuk keluar menemui kalian, melainkan karena aku khawatir bila (shalat tarawih) diwajibkan atas kalian”… (HR. Bukhari & Muslim).

Wujud kasih sayang Rasulullah di akherat kelak

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menunjukkan rasa kasih sayangnya di akherat kelak sebagaimana sabda beliau:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

“Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah bersabda: ”Setiap nabi ada doa yang dikabulkan, dan setiap nabi bersegera berdoa agar dikabulkan. Akan tetapi aku simpan doaku untuk dapat memberikan syafa’at kepada umatku pada hari Kiamat. Dan sesungguhnya, syafa’atku ini akan diperoleh, insya Allah, bagi orang yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun” (HR. Muslim, no.199).

Inilah potret seorang Nabi yang selalu memikirkan ummatnya, bahkan sampai di akherat kelak.

Wujud kasih sayang Rasulullah terhadap Keluarganya

Kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bukan dilihat dari banyaknya istri beliau tetapi ditunjukkan bagaimana beliau bersikap terhadap istri-istri beliau.

Ketika Aisyah Radhiallâhu’anha ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di rumah. Maka Aisyah menjawab, “Rasulullah menjahit bajunya sendiri, memperbaiki sandalnya sendiri, membantu pekerjaan istri-istrinya dan melakukan seperti apa yang dilakukan oleh para suami-suami yang lain”.

Kasih sayang Rasulullah terhadap keluarga dan anak-anak mengundang decak kagum di masyarakat, kasih sayang yang belum pernah ada tandingannya.

Dari Aisyah Radhiallâhu’anha beliau berkata, beberapa orang dari Arab pedalaman datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mereka berkata, “Apakah kalian mencium anak-anak kalian?” Para sahabat menjawab, “Ya”. Orang-orang pedalaman berkata, “Demi Allah, kami tidak. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أو أملك لك أن نزع الله من قلبك الرحمة؟!”

“Aku tetap memiliki (kasih sayang) sekalipun jika Allah telah mencabut kasih sayang dari hati kalian”.

Kasih sayang Nabi tidak terbatas pada anak-anak dan cucu-cucunya semata, lebih dari itu juga untuk anak-anak kaum muslimin secara umum. Asma’ binti Umais istri Ja’far bin Abu Thalib, berkata, Rasulullah datang kepada kami, beliau memanggil putra-putra Ja’far, aku melihat beliau mencium mereka dengan kedua matanya meneteskan air mata, aku berkata kepada beliau, wahai Rasulullah, adakah berita tentang Ja’far telah sampai kepadamu?. Maka beliau menjawab, Ya dia terbunuh hari ini. Asma’ berkata, maka kami berdiri sambil menangis dan beliau sendiri pulang, beliau besabda:

اصْنَعُوا لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا ، فَقَدْ أَتَاهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ

“Masakkan makanan untuk keluarga Ja’far, sungguh telah datang kepada mereka sesuatu yang menyibukkannya” (HR. Tirmizi, no. 998, dinyatakan hasan oleh Abu Dawud, no.  3132, ibnu Majah, no.  1610 dan dinyatakan hasan juga oleh Ibnu Katsir dan Syekh Albani).

 

Mamuju, 9 Ramadhan 1440 H

Ditulis oleh : Abu Muadz Ashriady

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button